Minggu, 26 Mei 2013

PENGAMATAN SPERMATOZOA



Tujuan : Untuk mengenal bentuk spermatozoa dan mampu membedakan spermatozoa pada hewan.

Alat dan bahan yang di gunakan :
  • Mikroskop
  • Cawan petri
  • objek dan cover glass
  • alat bedah 
  • eosin atau geimsa


TINJAUAN PUSTAKA

            Pengertian Sel Kelamin (Gamet)
Sel kelamin (gamet) merupakan hasil proses gametogenesis. Gamet jantan disebut spermatozoid, dan gamet betina disebut sel telur. Spermatozoa diproduksi didalam tubulus seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan-hewan yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terlatak pada bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip (Yatim, 1996).
Pada hewan-hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi tempat perkembangan serta maturasi sperma. Jadi pada hewan-hewan tersebut sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma yang matang, mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur. Pada hewan-hewan yang memiliki epididimis, sperma yang berada didalam tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil; mobilitasnya   baru diperoleh setelah mengalami aktivasi atau pematangan fisiologia didalam epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimis dan vas deferens selama beberapa hari sampai beberapa bulan (Soeminto, 1993).
Sel telur diproduksi didalam ovarium. Perkembangan sel telur terjadi didalam folikel-folikel telur. Folikel telur yang matang akan mengalami ovulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk kedalam oviduk. Seperti sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan membran sel yang disebut plasmalema atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma, inti, yolk, dan organel-organel dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel telur dikelilingi oleh membrane-membran telur. Membran telur  yang disekresi oleh sel telur sendiri, disebut membran telur primer. Membran vitelin  yang mengelilingi oolema termasuk membran telur primer. Membran telur yang disekresi oleh sel-sel folikel disebut membran telur sekunder, misalnya zona pelusida yang terletak disebelah luar membran vitelin. Membran telur yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar oviduk dan uterus disebut membran sel tersier, misalnya: membran cangkang dan cangkang kapur pada telur reptile dan aves (Yatim, 1996).
Berdasarkan jumlah dan penyebaran yolknya, tipe sel telur vertebrata dibedakan menjadi: isolesital (yolk sedikit dan tersebar merata, misalnya telur mamalia), telolesital (yolk banyak dan tersebar tidak merata, terutama tertimbun di kutub vegetal, misalnya telur amphibia ), megalesital (= telolesial ekstrem, yolk sangat banyak, tersebar merata, misalnya telur aves ) (Sistina, 2000).

            Macam-macam Spermatozoa
Macam-macam spermatozoa menurut struktur:
Ada 2 kelompok I. Tak berflagellum
                          II. Berflagellum
Yang tak berflagellum terdapat pada beberapa jenis Evertebrata, yakni Nematoda, Crustacea, Diplopoda. Yang berflagellumlah yang umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang satu (umum), ada yang dua (jarang) (Prasetyo, 2008).
            Yang berflagellum lazim memiliki bagian-bagian: kepala dan ekor. Kepala sebagai penerobos jalan menuju dan masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan genetis yang akan diwariskan kepada anak cucu. Ekor untuk pergerakan menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menerobos selaput ovum. Dalam kepala ada inti dan akrosom. Inti mengandung bahan genetis, akrosom mengandung berbagai enzim lysis. Akrosom ialah lisosom spermatozoon, untuk melysis lendir penghalang saluran kelamin betina dan selaput ovum. Seperti halnya lisosom umumnya, akrosom pun diproduksi oleh alat golgi (Toelihere, 1981).
            Ekor berporoskan flagellum. Flagellum ini memiliki rangka dasar, disebut axonema, dibina atas 9 duplet dan 2 singlet mikrotubul. Ekor mengandung sentriol (sepasang), mitokondria, dan serat fibrosa (Wongso, 2007).

2.2.2 Macam spermatozoa menurut kromosom kelamin
Sesuai dengan adanya 2 macam kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada Vertebrata), maka dalam spermatozoa jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid yang di sepihak hanya mengandung salah satu kedua macam kromosom itu: X atau Y. Terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X, disingkat sperma-X; lalu ada sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin Y, disingkat sperma-Y (Yatim, 1996).
Banyak dihasilkan
Spermatozoa dihasilkan terus-menerus tiap hari. Tapi bagi hewan yang memiliki musim kawin penghasilan itu lebih kentara giat jika tiba musim itu. Ada pula penghasilan berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Jika tiba musim kawin dikeluarkan sekaligus semua, sesuai dengan betina yang waktu itu mengeluarkan pula semua telurnya sekaligus (Soeminto, 1993)
Gerakan
Ketika masih dalam tubulus seminiferus spermatozoa tak bergerak. Secara berangsur dalam ductus epididymis mengalami pengaktifan. Ketika keluar dari tubuh kecepatan spermatozoa dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit (Yatim, 1996).
Sifat gerakan spermatozoa menentukan juga kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tak menentu arahnya, maka pembuahan sulit berlangsun. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat dibuahi. Kalau terlambat spermatozoa datang tak susur lagi (Campbell, 2004).
Ketahanan di luar tubuh
Spermatozoa mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan vitamin E menyebabkan ia tak bertenaga melakukan pembuahan. Terlalu rendah atau tinggi suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mammalia scrotum memilikisuhu lebih rendah dari suhu tubuh. Perubahan Ph pun merusak sperma. Terlebih terhadap asam. Keasaman sanggama (vagina) ternyata dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan spermatozoa yang masuk (Adnan, 2006).    
Bagian-bagian Spermatozoa
 Kepala Spermatozoa
            Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala lonjong dilihat dari atas dan pyriform dilihat dari samping, lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke ujung. Panjang kepala 4-5 um, dan lebar 2,5-3,5 um. Sebagian terbesar kepala berisi inti, yang kromatinnya sangat terkondensasi untuk menghemat ruangan yang kecil, dan untuk melindungi diri dari kerusakan ketika spermatozoon mencari ovum. Dua pertiga bagian depan inti diselaputi tutup akrosom berisi enzim untuk menembus dan memasuki ovum (Yatim, 1994).
              Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, chromosom, terdiri dari DNA yang bersenyawa dengaan protein. Informasi genetic yang dibawa oleh spermatozoa di simpan dalam molekul DNA yang tersusun oleh banyak nukleoitida. Pada mamalia sifat-sifat herediter di dalam inti sperma termasuk penentuan kelamin embrio (Toelihere, 1981).
 Ekor Spermatozoa
              Menurut Yatim (1994), ekor sperma dibagi atas :
1. Leher, bagian penghubung ekor dengan kepala. Tempat melekat ekor ke kepala disebut implantation fossa, dan bagian ekor yang menonjol disebut capitulum, semacam sendi peluru pada kepala. Dekat capitulum terletak sentriol depan (proximal), sentriol ujung (distal) hanya berupa sisa pada spermatozoa matang.
2. Bagian tengah, memiliki teras yang disebut axonem, terdiri dari 9 duplet mikrotubul radial dan 2 singlet mikrotubul sentral. Susunan axonem sama dari pangkal ke ujung ekor. Pada bagian ujung selubung mitokondria ada annulus (cincin), tempat melekat membran flagellum, dan juga sebagai batas dengan bagian utama.
3. Bagian utama, depan panjang 45 um, tebal 0,5 um, yang secara berangsur kian gepeng ke ujung. Sebelah luar ada seludang fibrosa, terdiri dari batang longitudinal atas-bawah, diselaputi rusuk-rusuk fibrosa setengah lingkaran.
4. Bagian ujung, panjang 5-7 um, tidak mengandung selaput fibrosa yang berusuk-rusuk, sehingga ia berstruktur sama dengan flagellum atau cilium. Di daerah ini axonem berubah komposisinya jadi singlet.
Gambar : struktur sperma (Adnan, 2006)

            Panjang ekor sperma sekitar 40-50 mikron dan berasal dari sentriol spermatid selama spermiogenesis. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan kepala dikenal sebagai daerah implantasi. Pemisahan kepala dari ekor dapat terjadi di daerah ini. Ia memberi gerak maju pada spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan kearah distal sepanjang ekor (Toelihere, 1981).
Spermatozoa Abnormal
            Abnormalitas sperma dapat terjadi pada kepala dan ekor. Abnormalitas sperma diklasifikasikan dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena kelainan-kelainan spermatogenesis di dalam tubuli seminiferi atau epithel kecambah, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi sesudah sperma meninggalkan tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui saluran epididymis, selama ejakulasi atau dalam manipulasi ejakulat termasuk agitasi yang keras, pemanasan berlebihan, pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan air, urine atau antiseptic dan sebagainya (Toelihere, 1981).
            Dalam keadaan normal atau patologis ada spermatozoa yang berbentuk abnormal. Keabnormalan bentuk itu kebanyakan pada kepala, mungkin pula pada ekor. Keabnormalan pada kepala seperti: kepala besar, kepala kecil, kepala kembar, kepala tumpul. Keabnormalan pada ekor seperti: bagian tengah besar, pada bagian tengah melekat sitoplasma sisa berupa kantung kecil atau gembungan di kedua sisi, ekor melilit, ekor ganda, ekor pendek (Yatim, 1996).
            Bentuk sperma ada yang normal ada pula yang tidak normal. Dibawah ini adalah bentuk sperma yang abnormal menurut Wongso (2007):

1. Makro : 25 % > kepala normal
2. Mikro : 25 % <>
3. Taper : kurus, lebar kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom
4. Amorf : Bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom
5. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
6.Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja
7.Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
           Setiap sperma abnormal tidak dapat membuahi ovum, tanpa memandang apakah abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididymis atau oleh perlakuan yang tidak lege artis terhadap ejakulat. Selama abnormalitas sperma belum mencapai 20 prosen dari contoh semen, maka semen tersebut masih dapat dipakai untuk inseminasi (Toelihere, 1981).
Motilitas Spermatozoa
          Ciri utama spermatozoa adalah motilitas atau daya geraknya yang dijadikan patokan atau cara yang paling sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan. Motilitas sperma memegang peranan penting sewaktu pertemuannya dengan ovum. Ekor sperma mengandung semua sarana yang perlu untuk motilitas, dan ekor yang telah terpisah dari kepala sperma dapat bergerak seperti sediakala. Gelombang-gelombang sperma yang berenang dalam arah yang sama merupakan suatu ciri khas semen sapi dan domba yang belum diencerkan  bila dilihat dibawah mikroskop. Kecepatan pergerakan sperma bervariasi sesuai dengan kondisi medium dan suhu (Toelihere, 1981).
          Jumlah yang bergerak maju ialah jumlah spermatozoa semua dikurangi jumlah mati. Dianggap normal jika motil maju > 40 %. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hamper semua sperma yang diperiksa nampak mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia. Berarti orang ini infertile. Tapi ada laporan mutakhir, spermatozoa yang tak bergerak belum menunjukkan mati. Mungkin ada suatu zat sytotoxic atau antibodi yang membuatnya tak bergerak (Yatim, 1994).





























































Gambar. Sperma mancit.






















Sabtu, 25 Mei 2013



Cara Mengukur Panjang Foetus
Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson, 1992).
 Menurut Roberts (1956) yang dimaksud periode ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Jadi periode fetus adalah periode yang terakhir; dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Menurut Hafez (1974), pembagian ini agak sedikit berlainan. Yang dimaksud periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio; selanjutnya periode fetus. Seluruh penghidupan makhluk baru dalam uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982).
Faktor-faktor foetal adalah suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” banyak dilaporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi. Fetus yang banyak pada jenis hewan monotokus juga mempunyai masa kebuntingan yang lebih singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi tunggal. Faktor lingkungan, perpanjangan masa kebuntingan  pada kuda sesudah perkawinan di musim dingin dinyatakan disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Ada dua cara untuk mengukur panjang foetus 
        1. CURved Crown-Rump (CC-R)
        2. Straight Crown-Rump (SC-R)


Curved Crown-Rump Methode
        Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus di mulai dari pangkal ekor membentuk garis curva sampai "fore head" .Cara ini tidak lazim di pakai.

Hasil Pengamatan

















Gambar. Foetus sapi 


Straight Crown-Rump Methode
Pengukuran di lakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor membentuk garis lurus sampai "Forehead" . Cara inilah yang sering di gunakan.

Hasil Pengamatan













































Ganbar. Foetus Kambing                                          


Faktor-faktor foetal adalah suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” banyak dilaporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi. Fetus yang banyak pada jenis hewan monotokus juga mempunyai masa kebuntingan yang lebih singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi tunggal. Faktor lingkungan, perpanjangan masa kebuntingan  pada kuda sesudah perkawinan di musim dingin dinyatakan disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Kelenjar hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel, hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid, adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar endokrin yang menunjang ke lima kelenjar endokrin yang disebutkan terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar endokrin yang disebut ini, kelenjar hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan kelenjar pengatur, sedang yang memegang peran utama adalah korpus luteum sebagai penghasil progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan estrogen dan folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai penghasil estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982).
Plasenta adalah suatu tenunan yang tumbuh dari embrio dan induknya,dan terjadi saat proses pertumbuhaan embrio yang diperlukan untuk menyalurkan zat makanan dari induk kepada anak,sisa makanan akan dikeluarkan ke induk.  Amnion  adalah selaput yang menylubungi fetus bagian paling dalam, chorion adalah selaput yang menyelubungi fetus bagian paling luar, alllantois adalah selaput antaraamnion dan chorion. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio/fetus menjadi kering, mencegah perlekatan embrio atau foetus terhadap selaput lain, dan sarana pengangkut zat makanan dan oksigen ke foetus. Alantois berfungsi sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana penampung sisa hasil metabolisme. Bentuk plasenta induk adalah endometrium uterus yang dikenal dengan Korunkula, dan bagian plasenta foetus adalah chorioallantois dikenal dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003)
Fetus tumbuh di bagian uterus. Nalbandov (1975), menyatakan bahwa uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang lebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus yang melingkar (ligamentum teres uteri).  Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri  dari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. secara superfisial, pada uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981)
Hereditas. Ukuran foetus secara genetic ditentukan oleh komplemen gene-nya sendiri, komplemen gene induk dan kompetisi intrauterine dengan foetus lain. Kontribusi genetic maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal ; pada kenyataannya, telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh factor-faktor maternal.
Fase foetus ditentukan mulai dari terbentuknya organogenesis dan terbentuknya anggota gerak (ekstremitas) sampai foetus lahir. Tingkat perkembangan foetus saat ini telah dapat mengekstraksi zat-zat makanan dari sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta.

Rabu, 22 Mei 2013


PENGAMATAN PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM
Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama perkembangan embrio memperoleh makanan dan pelindungan dari telur berupa kuning telur berupa kuning telur, itulah sebabnya telur unggas relatif besar. Dalam perkembangannya embrio dibantu kuning telur, albumin, amnion, dan alantois.

Albumin
·       Sebagai sumber energi
·       Sebagai sumber air
Kuning telur (yolk)
·       Sebagai sumberenergi
Amnion
·       Menjaga embrio dari guncangan
·       Membuat embrio bergerak bebas
·       Sebagai bantal
Alantois
·       Sebagai pembawa o2 ke embrio
·       Menyerap zat asam dari embrio
·       Mengambil sisa sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois

    PADA UMUR 1 HARI
     Bentuk embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya terang. Bagian tengah merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan Zygot blastoderm
 PADA UMUR 2 HARI
    Bentuk embrio pada hari kedua sudah terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat Primitive streake, suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada embrio terdapat garis garis berwarna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.


PADA UMUR 3 HARI
     Pada hari ketiga ini jantung sudah mulain terbentuk dan berdenyut, serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat mikroskop dapat dilihat gelembung benih, kantong amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung gelembung benih tersebut nantinya akan menjadi otak.
Pada umur 4 hari
     Dihari ini mata sudah mulai kelihatan. Mat tersebut sudah tampak seperti bintik gelap yang terletak disebelah jantung. Selain itu jantung juga sudah membesar,dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat otaknya yang terdiri dari 3 bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.


Pada umur 5 hari
    Pada hari kelima ini embrio sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk, ekor dan kepala embrio sudah mulai berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan.
Pada umur 6 hari
     Pada hari keenam mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat pula bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah mulai membesar.
Pada umur 7 hari
   Pada umur 7 hari paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher.
 
   Pada umur 8 dan 9 hari
      Pada hari kedelapan mata embrio sudah jelas terlihat. Lalu di hari kesembilan lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah serta jari kakinya mulai terbentuk.
Pada umur 10 hari
     Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk.

  Pada umur 11 hari
     Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas.

Pada umur 12 hari
     Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah.

  Pada Umur 13 hari
     Pada hari ketiga belas, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.

Pada umur 14 hari
     Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya.



    Pada umur 15 hari
     Pada umur lima belas hari ini, biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur.

   Pada umur 16 hari
     Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk

Pada umur 17 dan 18 hari
      Pada umur tujuh belas hari, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara. Pada umur delapan belas hari, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik.


Pada umur 19 dan 20 hari
      Pada umur sembilan belas hari, biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. Pada umur dua puluh hari ini kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara.
Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar.
Pada umur 21 hari
     Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas.

     Kematian embrio di dalam telur umumnya terjadi dalam periode awal penetasan dan periode akhir penetasan, dengan rincian sebagai berikut :
1. Periode awal penetasan
*        Periode ini mencakup 3 hari pertama sejak telur dierami atau ditetaskan.
*        Pada periode ini diperlukan konsistensi suhu pengeraman, agar sel benih (discus germinalis) bisa berkembang menjadi embrio.
2. Periode akhir penetasan
*        Periode ini mencakup 3 hari terakhir sebelum piyik menetas.
*        Periode ini juga membutuhkan kestabilan suhu pengeraman / penetasan.
Beberapa penyebab utama kematian embrio
1.      Embrio kekurangan nutrisi
Induk burung, terutama burung betina, bisa saja mengalami kekurangan nutrisi pada salah satu atau beberapa jenis nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, vitamin, dan mineral. Tetapi malnutrisi yang paling berpengaruh terhadap penetasan telur justru vitamin dan mineral.

2.       Induk betina sering meninggalkan sarang
Sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa periode awal dan periode akhir penetasan / pengeraman telur membutuhkan konsistensi suhu dan pengeraman. Apabila menggunakan mesin tetas, apalagi mesin tetas otomatis, hal ini mungkin tak menjadi masalah. Tetapi pada penetasan alami, atau telur dierami induknya, ada beberapa problem yang kerap terjadi, sehingga telur tidak mendapat suhu yang stabil pada kedua periode kritis tersebut. Problem yang sering muncul adalah induk betina sering meninggalkan telur, sehingga kemungkinan menetas makin kecil.

3.      Induk betina terganggu induk jantan
Meski frekuensinya tidak terlalu sering, kasus ini beberapa kali dialami sebagian penangkar, terutama penangkar kacer, murai batu, trucukan, dan beberapa jenis burung lainnya. Dalam hal ini, induk betina yang sedang mengerami telurnya, justru dirayu-rayu pasangannya untuk diajak kawin. Kasus ini biasanya disebabkan induk jantan mengalami over birahi (OB). Penyebabnya adalah porsi extra fooding (EF) terlalu berlebihan. Induk betina yang terus diganggu menjadi stres, dan akan meninggalkan sarang, membuang telur, atau bahkan memecahkan telur-telur yang sedang dierami.

4.      Kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas
Mesin tetas memang memudahkan penangkar dalam menetaskan telur-telur indukan burung yang ditangkarkan. Selain bisa menampung telur dalam jumlah banyak, semua telur juga bisa menetas dalam waktu bersamaan. Tetapi kesalahan dalam mengoperasikan mesin tetas dapat berakibat fatal, misalnya seluruh telur gagal menetas. Jarang sekali kekeliruan dalam mengoperasikan mesin tetas hanya akan mengakibatkan sebagian telur menetas dan sebagian lagi tidak menetas. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mesin tetas antara lain :
  • Suhu penetasan
  • Kelembaban penetasan
  • Kadar oksigen dalam mesin tetas
  • Frekuensi pemutaran telur
5.      Telur terinfeksi bakteri atau virus
Ada beberapa hal yang membuat telur terinfeksi bakteri atau virus, antara lain:
  • Telur terkontaminasi virus atau bakteri dari tangan orang yang memegangnya.
  • Mesin tetas jarang disucihamakan setelah digunakan. Banyak penangkar yang begitu senang melihat telur-telurnya menetas, tapi lupa membersihkan mesin tetas.
  • Kandang terkontaminasi bakteri atau virus yang dibawa vektor tertentu yang masuk ke dalam kandang. Misalnya semut, nyamuk, kutu, tungau, dan parasit lainnya.
6.      Banyak getaran di lokasi sarang
7.      Embrio mengalami kesulitan di saat terakhir
Beberapa saat sebelum menetas, embrio di dalam telur terkadang mengalami kesulitan dalam mengatur posisinya agar tetap bisa bernafas dan menyerap makanan dari yolk sac (kantung kuning telur). Salah satu penyebabnya adalah ketidakstabilan kelembaban dalam ruang mesin tetas, atau bahkan dalam penetasan alami.

8.      Induk betina mengalami hypercalcaemia
Kalsium merupakan mineral penting untuk pembentukan kerabang telur. Kalau kadar kalsium dalam pakan indukan terlalu rendah, kerabang telur biasanya terlalu tipis dan mudah pecah. Tetapi, kondisi berlebihan juga tidak baik. Kalau induk betina mendapat asupan pakan dengan kadar kalsium terlalu tinggi, dan hal ini berlangsung lama, potensi mengalami hypercalcaemia sangat besarHypercalacemia adalah kondisi di mana kadar kalsium dalam tubuh sangat tinggi. Gejala yang muncul adalah telur-telur yang dihasilkan memiliki kerabang yang sangat keras. Dampaknya, menjelang menetas, embrio tidak mampu memecah kerabang telur yang terlalu keras tersebut. Jika tidak dibantu dengan tangan manusia, embrio pasti akan mati sebelum menetas.