PENGAMATAN SPERMATOZOA
Tujuan : Untuk mengenal bentuk spermatozoa dan mampu membedakan spermatozoa pada hewan.
Alat dan bahan yang di gunakan :
- Mikroskop
- Cawan petri
- objek dan cover glass
- alat bedah
- eosin atau geimsa
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian Sel Kelamin
(Gamet)
Sel
kelamin (gamet) merupakan hasil proses gametogenesis. Gamet jantan disebut spermatozoid,
dan gamet betina disebut sel telur. Spermatozoa diproduksi didalam tubulus
seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala,
leher, bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan-hewan
yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk
spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terlatak pada
bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip
(Yatim, 1996).
Pada
hewan-hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi tempat
perkembangan serta maturasi sperma. Jadi pada hewan-hewan tersebut
sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma yang matang, mempunyai
motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur. Pada hewan-hewan
yang memiliki epididimis, sperma yang berada didalam tubulus
seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil; mobilitasnya baru
diperoleh setelah mengalami aktivasi atau pematangan fisiologia didalam
epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimis dan vas deferens selama
beberapa hari sampai beberapa bulan (Soeminto, 1993).
Sel telur
diproduksi didalam ovarium. Perkembangan sel telur terjadi didalam
folikel-folikel telur. Folikel telur yang matang akan mengalami ovulasi, sel
telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk kedalam oviduk. Seperti sel yang
lain, sel telur dilengkapi dengan membran sel yang disebut plasmalema atau
oolema. Untuk melindungi sitoplasma, inti, yolk,
dan organel-organel dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel telur
dikelilingi oleh membrane-membran telur. Membran telur yang disekresi
oleh sel telur sendiri, disebut membran telur primer. Membran vitelin
yang mengelilingi oolema termasuk membran telur primer. Membran telur yang
disekresi oleh sel-sel folikel disebut membran telur sekunder, misalnya
zona pelusida yang terletak disebelah luar membran vitelin. Membran telur yang
disekresi oleh kelenjar-kelenjar oviduk dan uterus disebut membran sel
tersier, misalnya: membran cangkang dan cangkang kapur pada telur reptile
dan aves (Yatim, 1996).
Berdasarkan
jumlah dan penyebaran yolknya, tipe sel telur vertebrata dibedakan menjadi: isolesital
(yolk sedikit dan tersebar merata, misalnya telur mamalia), telolesital
(yolk banyak dan tersebar tidak merata, terutama tertimbun di kutub vegetal,
misalnya telur amphibia ), megalesital (= telolesial ekstrem, yolk sangat
banyak, tersebar merata, misalnya telur aves ) (Sistina, 2000).
Macam-macam Spermatozoa
Macam-macam
spermatozoa menurut struktur:
Ada 2 kelompok I. Tak
berflagellum
II.
Berflagellum
Yang tak berflagellum
terdapat pada beberapa jenis Evertebrata, yakni Nematoda, Crustacea, Diplopoda.
Yang berflagellumlah yang umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang satu
(umum), ada yang dua (jarang) (Prasetyo, 2008).
Yang berflagellum lazim memiliki bagian-bagian: kepala dan ekor.
Kepala sebagai penerobos jalan menuju dan masuk ke dalam ovum, dan membawa
bahan genetis yang akan diwariskan kepada anak cucu. Ekor untuk pergerakan
menuju tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menerobos selaput ovum.
Dalam kepala ada inti dan akrosom. Inti mengandung bahan genetis, akrosom
mengandung berbagai enzim lysis. Akrosom ialah lisosom spermatozoon, untuk
melysis lendir penghalang saluran kelamin betina dan selaput ovum. Seperti
halnya lisosom umumnya, akrosom pun diproduksi oleh alat golgi (Toelihere,
1981).
Ekor berporoskan flagellum. Flagellum ini memiliki rangka dasar, disebut
axonema, dibina atas 9 duplet dan 2 singlet mikrotubul. Ekor mengandung
sentriol (sepasang), mitokondria, dan serat fibrosa (Wongso, 2007).
2.2.2
Macam spermatozoa menurut kromosom kelamin
Sesuai dengan adanya 2
macam kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada Vertebrata),
maka dalam spermatozoa jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid
yang di sepihak hanya mengandung salah satu kedua macam kromosom itu: X atau Y.
Terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X, disingkat sperma-X;
lalu ada sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin Y, disingkat sperma-Y
(Yatim, 1996).
Banyak dihasilkan
Spermatozoa
dihasilkan terus-menerus tiap hari. Tapi bagi hewan yang memiliki musim kawin
penghasilan itu lebih kentara giat jika tiba musim itu. Ada pula penghasilan
berlangsung terus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan. Jika tiba musim kawin
dikeluarkan sekaligus semua, sesuai dengan betina yang waktu itu mengeluarkan
pula semua telurnya sekaligus (Soeminto, 1993)
Gerakan
Ketika
masih dalam tubulus seminiferus spermatozoa tak bergerak. Secara berangsur
dalam ductus epididymis mengalami pengaktifan. Ketika keluar dari tubuh
kecepatan spermatozoa dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5
mm/menit (Yatim, 1996).
Sifat
gerakan spermatozoa menentukan juga kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan
terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tak menentu arahnya, maka pembuahan
sulit berlangsun. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat dibuahi. Kalau
terlambat spermatozoa datang tak susur lagi (Campbell, 2004).
Ketahanan di luar tubuh
Spermatozoa
mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan vitamin
E menyebabkan ia tak bertenaga melakukan pembuahan. Terlalu rendah atau tinggi
suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mammalia
scrotum memilikisuhu lebih rendah dari suhu tubuh. Perubahan Ph pun merusak
sperma. Terlebih terhadap asam. Keasaman sanggama (vagina) ternyata dapat
menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan spermatozoa yang masuk (Adnan,
2006).
Bagian-bagian Spermatozoa
Kepala Spermatozoa
Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala lonjong dilihat dari atas
dan pyriform dilihat dari samping, lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke
ujung. Panjang kepala 4-5 um, dan lebar 2,5-3,5 um. Sebagian terbesar kepala
berisi inti, yang kromatinnya sangat terkondensasi untuk menghemat ruangan yang
kecil, dan untuk melindungi diri dari kerusakan ketika spermatozoon mencari
ovum. Dua pertiga bagian depan inti diselaputi tutup akrosom berisi enzim untuk
menembus dan memasuki ovum (Yatim, 1994).
Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, chromosom, terdiri dari DNA
yang bersenyawa dengaan protein. Informasi genetic yang dibawa oleh spermatozoa
di simpan dalam molekul DNA yang tersusun oleh banyak nukleoitida. Pada mamalia
sifat-sifat herediter di dalam inti sperma termasuk penentuan kelamin embrio
(Toelihere, 1981).
Ekor Spermatozoa
Menurut Yatim (1994), ekor sperma dibagi atas :
1. Leher, bagian penghubung ekor dengan kepala. Tempat melekat ekor ke
kepala disebut implantation fossa, dan bagian ekor yang menonjol disebut
capitulum, semacam sendi peluru pada kepala. Dekat capitulum terletak
sentriol depan (proximal), sentriol ujung (distal) hanya berupa sisa pada
spermatozoa matang.
2. Bagian tengah, memiliki teras yang disebut axonem, terdiri
dari 9 duplet mikrotubul radial dan 2 singlet mikrotubul sentral. Susunan
axonem sama dari pangkal ke ujung ekor. Pada bagian ujung selubung mitokondria
ada annulus (cincin), tempat melekat membran flagellum, dan juga sebagai
batas dengan bagian utama.
3. Bagian utama, depan panjang 45 um, tebal 0,5 um, yang secara
berangsur kian gepeng ke ujung. Sebelah luar ada seludang fibrosa, terdiri dari
batang longitudinal atas-bawah, diselaputi rusuk-rusuk fibrosa setengah lingkaran.
4. Bagian ujung, panjang 5-7 um, tidak mengandung selaput fibrosa yang
berusuk-rusuk, sehingga ia berstruktur sama dengan flagellum atau cilium. Di
daerah ini axonem berubah komposisinya jadi singlet.
Gambar : struktur sperma (Adnan, 2006)
Panjang ekor sperma sekitar 40-50 mikron dan berasal dari sentriol spermatid
selama spermiogenesis. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan
kepala dikenal sebagai daerah implantasi. Pemisahan kepala dari ekor dapat
terjadi di daerah ini. Ia memberi gerak maju pada spermatozoa dengan
gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan
kearah distal sepanjang ekor (Toelihere, 1981).
Spermatozoa
Abnormal
Abnormalitas sperma dapat terjadi pada kepala dan ekor. Abnormalitas sperma
diklasifikasikan dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer
terjadi karena kelainan-kelainan spermatogenesis di dalam tubuli seminiferi
atau epithel kecambah, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi sesudah
sperma meninggalkan tubuli seminiferi, selama perjalanannya melalui saluran
epididymis, selama ejakulasi atau dalam manipulasi ejakulat termasuk agitasi
yang keras, pemanasan berlebihan, pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan
air, urine atau antiseptic dan sebagainya (Toelihere, 1981).
Dalam keadaan normal atau patologis ada spermatozoa yang berbentuk abnormal.
Keabnormalan bentuk itu kebanyakan pada kepala, mungkin pula pada ekor.
Keabnormalan pada kepala seperti: kepala besar, kepala kecil, kepala kembar,
kepala tumpul. Keabnormalan pada ekor seperti: bagian tengah besar, pada bagian
tengah melekat sitoplasma sisa berupa kantung kecil atau gembungan di kedua
sisi, ekor melilit, ekor ganda, ekor pendek (Yatim, 1996).
Bentuk sperma ada yang normal ada pula yang tidak
normal. Dibawah ini adalah bentuk sperma yang abnormal menurut Wongso (2007):
1. Makro : 25 % > kepala
normal
2. Mikro : 25 % <>
3. Taper : kurus, lebar
kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom
4. Amorf : Bentuk kepala
yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom
5. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
5. Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
6.Piri : tidak jelas adanya
kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja
7.Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
7.Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
8. Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
Setiap sperma abnormal tidak dapat membuahi ovum, tanpa memandang apakah
abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididymis atau
oleh perlakuan yang tidak lege artis terhadap ejakulat. Selama
abnormalitas sperma belum mencapai 20 prosen dari contoh semen, maka semen
tersebut masih dapat dipakai untuk inseminasi (Toelihere, 1981).
Motilitas
Spermatozoa
Ciri utama spermatozoa adalah
motilitas atau daya geraknya yang dijadikan patokan atau cara yang paling
sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan. Motilitas sperma
memegang peranan penting sewaktu pertemuannya dengan ovum. Ekor sperma
mengandung semua sarana yang perlu untuk motilitas, dan ekor yang telah
terpisah dari kepala sperma dapat bergerak seperti sediakala.
Gelombang-gelombang sperma yang berenang dalam arah yang sama merupakan suatu
ciri khas semen sapi dan domba yang belum diencerkan bila dilihat dibawah
mikroskop. Kecepatan pergerakan sperma bervariasi sesuai dengan kondisi medium
dan suhu (Toelihere, 1981).
Jumlah yang bergerak maju ialah jumlah spermatozoa semua dikurangi jumlah mati.
Dianggap normal jika motil maju > 40 %. Ada orang yang spermatozoanya lemah
sekali gerak majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hamper semua
sperma yang diperiksa nampak mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia.
Berarti orang ini infertile. Tapi ada laporan mutakhir, spermatozoa yang tak
bergerak belum menunjukkan mati. Mungkin ada suatu zat sytotoxic atau antibodi
yang membuatnya tak bergerak (Yatim, 1994).
Gambar. Sperma mancit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar